Kamis, 28 Februari 2008

MALAYSIA BANGSA MALING

Diincar Penjahat, Pelajar-pelajar Indonesia di Malaysia Trauma

Jakarta - Mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Malaysia, khususnya di Selangor, trauma. Dalam 2 bulan terakhir, terjadi berbagai tindak kejahatan terhadap mahasiswa asal Indonesia.

Kasus terbaru terjadi pada hari ini, Kamis (24/1/2008). Seorang mahasiswa program Doktor Psikologi Universiti Kebangsaan Malaysia, Layla Wardani, yang asli Banten menjadi korban perampokan.

Layla yang berusia 27 tahun ini baru saja pulang dari Ipoh melakukan survei penelitian. Pukul 00.10 waktu setempat, Layla tiba di kediamannya di Kompleks Hentian Kajang Selangor, yang merupakan flat yang dihuni ratusan mahasiswa Indonesia yang belajar di Universiti Kebangsaan Malaysia.

“Setiba di sana, korban memarkirkan mobilnya di bawah flat rumahnya, tiba-tiba
datang seorang lelaki Melayu dan langsung menodongkan sebuah parang ke perut
korban. Korban diminta keluar dari mobil dan pelaku hendak merampas mobil korban,” ungkap Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia, Muhammad Iqbal, secara tertulis ke redaksi detikcom, Kamis (24/1/2008).

Layla yang juga seorang pelatih renang itu berusaha melawan dengan menutup pintu mobil. Perampok itu beraksi dengan mengarahkan parang sehingga lengan Layla terluka dan mengeluarkan darah.

Tas Layla, yang berisi 2 buah handphone, uang 900 ringgit Malaysia, dan 2 buah kartu ATM, langsung dipotong talinya dan dibawa kabur. Korban sontak berteriak sehingga menarik perhatian mahasiswa Indonesia yang berada di sekitarnya.

“Akhirnya pelaku berhasil melarikan diri bersama temannya dengan sepeda motor yang sudah menunggu tidak jauh dari TKP,” kata Iqbal.

2 Minggu yang lalu, seorang kerabat mahasiswa Indonesia yang berkunjung juga dirampok oleh 2 laki-laki yang berlogat Melayu. Korban yang bernama Hindun ditodong dengan pisau. Paspor dan uang Rp 2.000.000 dan 50 ringgit Malaysia pun melayang, tidak jauh dari lokasi kejadian yang menimpa Layla pada hari ini.

Dua peristiwa ini hanyalah contoh dari berbagai kejadian yang membuat mahasiswa Indonesia di Selangor menjadi tak betah berkuliah. “Dengan kejadian ini, mahasiswa Indonesia di Universiti Kebangsaan Malaysia menjadi takut dan cemas, karena di sekitar Hentian Kajang dalam 2 bulan ini telah sering terjadi yang menimpa mahasiswa,” kata Iqbal.

PPI Malaysia pun telah melaporkan kejadian kepada pihak KBRI Kuala lumpur melalui atase pendidikan dan SLO Polri. KBRI berencana akan mengunjungi TKP untuk menenangkan mahasiswa yang cemas atas kejadian tersebut. ( aba / aba )

Source

2 Pramugari Indonesia di perkosa WN Malaysia di singapura

Selasa 15 Januari 2008, Jam: 10:48:00
SINGAPURA (Pos Kota) - Tak banyak diketahui media, dua pramugari maskapai terkenal Indonesia diperkosa di satu hotel ternama di Singapura oleh warga negara Malaysia berdarah India. Koran Singapura The Straits Times, Minggu (13/1) , memberitakan kedua pramugari mengajukan ganti kerugian ke kepada hotel tempat kejadian perkosaan, sebesar S 1,15 juta (Rp7,5 miliar).
Ganti kerugian itu untuk masing-masing korban yaitu $750 ribu (Rp4,9 miliar) dan $ 400 riu (Rp2,6 miliar).

Kedua korban menggugat Grand Hyatt Hotel, beralamat di 10 Scott Road - Singapura, tempat kejadian perkosaan. Alasannya, sebagai tamu di sana, seharusnya mereka mendapat perlindungan dan jaminan keamanan.

Selain itu, maskapai tempat pramugari bekerja juga mengajukan tuntutan ganti rugi sebesar $55 ribu (Rp360 juta) kepada manajemen hotel bintang lima yang memiliki 663 kamar itu. Dasar tuntutannya sebagai pengganti kerugian untuk biaya pengobatan rumah sakit akibat peristiwa tersebut.

DITODONG PISTOL MAINAN

Kejadiannya berlangsung 8 April 2003. Pelakunya Suresh Nair, 28, membuntuti ke dua korban di tempat mereka menginap, lantai 16. Suresh. Pria pengangguran itu, mendorong korban ke kamar, dan menguncinya. Kemudian memperkosa seorang pramugari, berusia 32 tahun berstatus menikah sebanyak dua kali.
Rekannya, pramugari berusia 30, dianiaya pelaku. Di bawah todongan pistol, pelaku sempat mengambil gambar kedua korban. Diketahui kemudian senjata yang ditodongkan merupakan senjata mainan.

Kedua korban dirahasikan identitasnya itu mengalami trauma mendalam dan mengalami ketakutan setiap kali masuk lift dan menginap di hotel . Salah seorang korban sempat hamil tapi menggugurkan kandungannya karena tidak yakin anak yang dikandungnya merupakan benih dari suaminya.



TKI Meninggal di Malaysia Terbanyak!

JAKARTA - Malaysia tercatat sebagai negara dengan kasus kematian tenaga kerja Indonesia (TKI) terbanyak pada 2007. LSM Migrant Care mencatat, 71 TKI meninggal di negeri jiran itu sepanjang tahun lalu. Artinya, 35 persen dari total 206 kasus kematian TKI di 27 negara yang ditempati terjadi di Malaysia.

Menurut Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah, kasus kematian buruh migran di Malaysia jauh melebihi kasus di Taiwan (36 orang), Arab Saudi (31 orang), Korea Selatan (18 orang), Singapura (15 orang), Jordania (12 orang), dan beberapa negara lain, seperti Hongkong, Kuwait, Jepang, Brunei Darussalam, dan Mesir.

Penyebab utama kematian buruh migran adalah kecelakaan kerja (25 persen), sakit (24 persen), kematian misterius (24 persen), jatuh dari ketinggian (13 persen), kekerasan (11 persen), dan sisanya bunuh diri.

Malaysia juga tercatat sebagai negara yang paling banyak menerapkan hukuman mati bagi buruh migran Indonesia. Saat ini 297 WNI terancam hukuman mati di Malaysia. “Delapan di antaranya sudah dijatuhi vonis mati, tinggal menunggu eksekusi,” ungkap Anis saat dihubungi Jawa Pos kemarin (1/1).

Jumlah WNI yang terancam hukuman mati di Malaysia juga melebihi negara-negara penempatan TKI lain. Yakni, Arab Saudi (4 orang), Singapura (1 orang), dan Mesir (1 orang).

Maraknya kasus kematian buruh migran di Malaysia antara lain disebabkan keberadaan 1,6 juta TKI di negara tersebut. Selain itu, lemahnya perjanjian penempatan TKI membuat Malaysia tidak mengimplementasikan perlindungan HAM untuk TKI.

“Meski Malaysia anggota Dewan HAM PBB, pada 2007 sudah mengesahkan UU Antiperdagangan Manusia, dan saat ini membahas RUU Perlindungan Pekerja Asing, tidak ada bukti nyata bahwa Malaysia memberi proteksi terhadap buruh migran asal Indonesia,” terangnya.

Migrant Care menuding pemerintah Malaysia sengaja melanggengkan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap TKI. Itu terbukti dengan pembiaran kerajaan Malaysia terhadap stigmatisasi pekerja Indonesia yang dilazim disebut Indon.

“Asosiasi umum bagi Indon adalah uneducated (tak berpendidikan), low skilled labour (pekerja kasar), dan mau dibayar murah untuk mengerjakan pekerjaan berbahaya,” papar Anis. Selain kepada TKI, sebutan Indon disematkan pada buruh migran asal India, Pakistan, Sri Lanka, dan Bangladesh.

Kondisi berbeda dialami buruh migran Filipina. Mereka mendapat penghormatan karena lebih lancar berbahasa Inggris dan mendapat perlindungan ketat dalam MoU penempatan.

Dalam MoU, pemerintah Filipina menerapkan syarat lebih ketat bagi bidang pekerjaan yang boleh dilakukan buruh, jam kerja, hari libur dan cuti, besaran gaji, dan kriteria majikan yang boleh mempekerjakan mereka. (noe/kim)

Source